Sabtu, 14 Oktober 2017

Cara Mengatasi Kendala dalam Menghadapi Proses Pengembangan Kreativitas dan Bakat

Faktor-faktor yang menghambat Kreativitas

Menurut Munandar (2009) terdapat beberapa hal yang dapat menghambat pengembangan kreativitas yaitu: 
  • Evaluasi, menekankan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi atau paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi. 
  • Hadiah, pemberian hadiah dapat merubah motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas. 
  • Persaingan (kompetisi), persaingan terjadi apabila siswa merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain dan bahwa yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini dapat mematikan kreativitas. 
  • Lingkungan yang membatasi 

Kendala lain yang juga diungkapkan oleh Munandar yaitu: 
1)  Kendala dari rumah 
Menurut Amabile (dalam Munandar, 2009) lingkungan keluarga dapat menghambat kreativitas anak dengan tidak menggunakan secara tepat empat pembunuh kreativitas yaitu evaluasi, hadiah, kompetisi dan pilihan atau lingkungan yang terbatas. 

2)  Kendala dari sekolah 
Ada beberapa hal yang dapat menghambat kreativitas antara lain: 
  • Sikap guru, tingkat motivasi instrinsik akan rendah jika guru terlalu banyak mengontrol, dan lebih tinggi jika guru member lebih banyak otonomi. 
  • Belajar dengan hafalan mekanis, hal ini dapat menghambat perkembangan kreativitas siswa karena materi pelajaran hanya cocok untuk menjawab soal pilihan ganda bikan penalaran. 
  • Kegagalan, semua siswa pernah mengalami kegagalan dalam kegagalan mereka tetapi frekuensi kegagalan dan cara bagaimana hal itu ditafsirkan mempunyai dampak nyata terhadap motivasi intrinsic dan kreativitas. 
  • Tekanan akan konformitas, anak-anak usia sekolah dapat saling menghambat kreativitas mereka dengan menekankan konformitas. 
  • Sistem sekolah, bagi anak yang memiliki minat-minat khusus dan kreativitas yang tinggi sekolah bisa sangat membosankan. 
3)  Kendala konseptual 
Adams (dalam Munandar, 2009) menggunakan istilah  conceptual blocks yaitu dinding mental yang merintangi individu dalam pengamatan suatu masalah serta pertimbangan  cara-cara pemecahannya. Kendala itu memiliki dua sifat yaitu eksternal dan internal. 

a. Kendala yang bersifat eksternal antara lain: 
1) Kendala kultural, menurut Adams (Munandar, 2009) ada beberapa contoh kendala kultural yaitu: 
·         Berkhayal atau melamun adalah membuang-buang waktu. 
·         Suka atau sikap bermain hanyalah cocok untuk anak-anak. 
·         Kita harus berpikir logis, kritis, analitis dan tidak mengandalkan pada perasaan dan firasat. 
·         Setiap masalah dapat dipecahkan dengan pemikiran ilmiah dan dengan uang yang banyak. 
·         Ketertarikan pada tradisi. 
·         Adanya atau berlakunya tabu. 


2) Kendala lingkungan dekat (fisik dan sosial), contoh kendala lingkungan dekat: 
·         Kurang adanya kerja sama dan saling percaya antara anggota keluarga atau antara teman sejawat. 
·         Majikan (orang tua)  yang otokrat dan tidak terbuka terhadap ide-ide bawahannya (anak). 
·         Ketidaknyamanan dalam keluarga atau pekerjaan. 
·         Gangguan lingkungan, keributan atau kegelisahan. 
·         Kurang adanya dukungan untuk mewujudkan gagasan-gagasan. 


b. Kendala yang bersifat internal antara lain: 
1) Kendala perceptual, kendala perceptual dapat berupa: 
·         Kesulitan untuk mengisolasi masalah. 
·         Kecenderungan untuk terlalu membatasi masalah. 
·         Ketidakmampuan untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang. 
·         Melihat apa yang diharapkan akan  dilihat, pengamatan stereotip memberi label terlalu dini. 
·         Kejenuhan, sehingga tidak peka lagi dalam pengamatan. 
·         Ketidakmampuan untuk menggunakan semua masukan sensoris. 
2) Kendala emosional, kendala ini mewarnai dan membatasi bagaimana kita melihat, dan bagaimana kita berpikir tentang suatu masalah. Sebagai contoh: 
·         Tidak adanya tantangan, masalah tersebut tidak menarik perhatian kita. 
·         Semangat yang berlebih, terlalu bermotivasi untuk cepat berhasil, hanya dapat melihat satu jalan untuk diikuti. 
·         Takut membuat kesalahan, takut gagal, takut mengambil resiko. 
·         Tidak tenggang rasa terhadap ketaksaan  (ambiguity)  kebutuhan yang berlebih akan keteraturan dan keamanan. 
·         Lebih suka menilai gagasan, daripada member gagasan. 
·         Tidak dapat rileks atau berinkubasi. 
3) Kendala imajinasi, hal ini menghalangi kebebasan dalam menjajaki dan memanipulasi gagasan-gagasan. Contoh: 
·         Pengendalian yang terlalu ketat terhadap alam pra-sadar atau tidak sadar. 
·         Tidak memberi kesempatan pada daya imajinasi. 
·         Ketidakmampuan untuk membedakan realitas dari fantasi. 
4) Kendala intelektual, hal ini timbul bila informasi dihimpun atau dirumuskan secra tidak benar. Contoh: 
·         Kurang informasi atau informasi yang salah. 
·         Tidak lentur dalam menggunakan strategi pemecahan masalah. 
·         Perumusan masalah tidak tepat. 

5) Kendala dalam ungkapan, misalnya: 
·         Keterampilan bahasa yang kurang untuk mengungkapkan gagasan. 
·         Kelambatan dalam ungkapan secara tertulis. 
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kendala yang dapat menghambat kreativitas terdiri dari  kendala dari rumah, kendala dari sekolah dan kendala konseptual. 


Psikologi Abraham Maslow menemukan bahwa bakat yang terlahir dalam diri seseorang pada suatu saat akan timbul sebagai suatu kebutuhan, dan perlu mendapatkan perhatian serius. Karena itulah, bakat perlu perhatian serius dan jangan dianggap remeh. Bila bakat seorang anak diperhatikan dengan serius, akan sangat baik demi kemajuan masa depannya. Apalagi bila si anak anak sudah dibimbing pengembangan bakatnya sejak kecil. Sebagai guru yang bertanggung jawab untuk perkembangan bakat sang anak. Harus mengetahui hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk pengembangan bakat anak.
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan bakat sang anak :


1.       Perhatian
Setiap individu adalah unik karena itu setiap bakat perlu memperoleh perhatian khusus. Sistem pendidikan yang menggunakan pola penyeragaman kurang baik untuk digunakan. Cernatilah berbagai kelebihan, ketrampilan dan kemampuan yang tampak menonjol pada anak.

2.       Motivasi
Bantu anak dalam meyakini dan fokus pada kelebihan dirinya agar anak lebih percaya diri. Dan tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa mereka bisa mencapainya

3.       Dukungan
Dukungan sangat penting bagi anak, selalu beri dukungan terhadap mereka dan yakinkan mereka untuk tekun, ulet dan latihan terus menerus. Selain itu dukunglah anak untuk mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan dalam mengembangkan bakatnya.

4.       Pengetahuan
Perkaya anak dengan berbagai wawasan, pengetahuan, serta pengalaman di bidang tersebut

5.       Latihan
Latihan terus menerus sangat baik untung perkembangan bakat anak agar bakat yang dipunya oleh anak lebih matang. Alangkah baiknya bila anak diikutsertakan dengan ekstra kurikuler atau beri kegiatan yang lebih agar anak bisa terus latihan dengan bakatnya tersebut.

6.       Penghargaan
Berikan penghargaan dan pujian untuk setiap usaha yang dilakukan anak.

7.       Sarana
Sediakan fasilitas atau sarana yang menunjang dengan bakat anak.

8.       Lingkungan
Lingkungan juga ikut mempengaruhi perkembangan bakat anak. Karena itu usahakan anak selalu dekat dengan lingkungan yang mendukung bakat anak

9.       Kerjasama
Kerja sama antara orang tua, guru maupun anak sangat diperlukan mengingat waktu anak di sekolah hanya sedikit dan waktu yang anak luangkan di rumah lebih banyak

10.   Teladan yang baik
Mengingat sikap anak yang selalu meniru, maka teladan yang baik sangat diperlukan. Misalnya kenalkan anak pada sosok Taufik Hidayat bila anak berbakat dalam bidang bulu tangkis, Utut Adianto bila anak berbakat dalam bidang catur dsb.

Cara Mengembangkan Bakat pada seseorang adalah sebagai berikut:

1)      Mengikuti Kegiatan
Di kampus telah banyak kegiatan-kegiatan bagi para mahasiswa. Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa selain hanya memperoleh pengalaman dari materi di perkuliahan tetapi juga dapat memperoleh berbagai pengalaman dari kegiatan-kegiatan yang diikuti. Selain itu dengan adanya kegiatan di kampus juga dapat membantu mengembangkan bakat yang dimiliki oleh mahasiswa, sehingga walaupun telah menjadi mahasiswa bakat yang dimiliki tetap terlatih dan terus berkembang. Sehingga untuk para mahasiswa yang merasa memiliki bakat atau ingin menemukan bakatnya bisa melalui kegiatan-kegiatan di kampus.

2)      Percaya Diri
Ketika seseorang memiliki bakat ia harus memiliki keberanian untuk menunjukkan dan mengembangkan bakat tersebut. Karena dengan menunjukkan bakat yang dimiliki kepada orang lain, orang lain dapat memberikan pendapat mereka tentang bakat yang kita miliki sehingga kita dapat terus memperbaiki dan meningkatkan bakat yang kita miliki.

3)      Meminta Dukungan Orang Terdekat
Dalam mengembangkan bakat kita bisa meminta dukungan orang-orang terdekat kita, seperti orang tua dan teman-teman kita. Dengan meminta dukungan dari orang-orang terdekat kita, mereka bisa memberikan semangat untuk kita agar kita lebih baik dalam mengembangkan bakat yang kita miliki.

4)      Bekerja Sama dengan Orang yang Memiliki Bakat yang Sama
Saat bertemu dengan orang yang memiliki bakat yang sama dengan kita dan kita merasa cocok dengan orang tersebut, kita dapat saling bertukar ilmu, pengalaman dan pengetahuan tentang bakat kita. Sehingga kita dapat mengembanhkan bakat yang kita miliki dengan orang yang tepat.

Cara mengembangkan minat
Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari luar.   Pada kamus besar bahasa indonesia minat adalah kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah,  keinginan (KBBI, 2008;916). Pada blog aulia rahman, Minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan menfokuskan diri pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas ( Hilgar & Slameto ; 1988 ; 59). Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pikiran tertentu. (Maprare dan Slameto; 1988; 62). Minat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik, karena itu guru berkewajiban untuk menumbuhkan minat belajar siswanya. Yang dapat dilakukan guru adalah sebagai berikut:
a.       Memahami kebutuhan anak didik dan berupaya melayani kebutuhan mereka.
b.      Jangan memaksa anak didik untuk tunduk pada kemauan guru
c.       Memberikan informasi pada anak didik mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu.
d.      Menjelaskan kegunaan materi pelajaran untuk masa yang akan datang.
e.      Menghubungkan materi pelajaran dengan peristiwa yang kontektual.


Cara Mengembangkan Bakat dan Minat

A.    Perlu Keberanian
                  Keberanian membuat kita mampu menghadapi tantangan atau hambatan, baik yang bersifat fisik dan psikis maupun kendala-kendala sosial atau yang lainnya. Keberanian akan memampukan kita melihat jalan keluar berhadapan dengan berbagai kendala yang ada, dan bukan sebaliknya, membuat kita takut dan melarikan diri secara tidak bertanggung jawab.

B.    Perlu didukung Latihan
                  Latihan adalah kunci dari keberhasilan. Latihan disini bukan saja dari segi kuantitasnya tetapi juga dari segi motivasi yang menggerakkan setiap usaha yang kelihatan secara fisik.

C.    Perlu didukung Lingkungan
                  Lingkungan disini tentu dalam arti yang sangat luas, termasuk manusia, fasilitas, biaya dan kondisi sosial lainnya., yang turut berperan dalam usaha pengembangan bakat dan minat.

D.    Perlu memahami hambatan-hambatan pengembangan bakat dan cara mengatasinya.
Disini sekali lagi kita perlu mengidentifikasi dengan baik kendala-kendala yang ada, kita kategorikan mana yang mudah diatasi dan mana yang sulit. Kemudian mulai kita memikirkan jalan keluarnya (pada blog miss lolie).
Hal-hal yang perlu dicermati dalam mengembangkan minat dan bakat Remaja antara lain:

a)    Mengikuti minat teman
Usia remaja adalah masa perkembangan yang ditandai dengan solidaritas tinggi terhadap teman-teman sebayanya. Remaja yang kurang memahami siapa dirinya, memiliki kebutuhan yang besar untuk berada dan diakui dalam kelompoknya. Hal ini seringkali membuat remaja mengikuti minat temannya, memilih bidang yang sebenarnya kurang sesuai dengan bakat serta minat pribadinya. Untuk memilih bidang-bidang yang akan dikembangkannya, remaja perlu berdiskusi, mencari masukan dan bertukar pikiran dengan orang tuanya.

b)    Penelusuran minat & bakat secara dangkal
Memperhatikan kelebihan dan minat anak membutuhkan usaha yang serius dan berkesinambungan. Penelusuran dan penjajakan yang dangkal dapat menyesatkan, misalnya,
”Saya merasa bakat saya di bidang musik karena saya suka sekali mendengar musik”.
”Saya suka traveling dan kelihatannya menyenangkan menjadi pemandu wisata, bisa jalan-jalan makanya saya akan memilih sekolah pariwisata”, Alasan-alasan untuk memilih studi lanjutan sebagaimana contoh di atas tidak cukup kuat, dan membutuhkan penelusuran yang lebih jauh, baik untuk bidang studi yang akan dipilih maupun dari kemampuan, minat serta kepribadian remaja.

Dengan mengembangkan minat dan bakat serta memberikan bimbingan karir sejak dini, remaja akan semakin menyadari mengenai apa yang ia suka dan mampu lakukan, dan akan menjadi lebih jelas pendidikan atau pekerjaan apa yang mungkin akan ditekuninya disertai dengan pemahaman tentang kekuatan dan kelemahannya, sehingga ia bisa menentukan pilihan yang tepat dan menyiapkan diri untuk menggapai impiannya.
Bakat dan minat hanya dapat diketahui dari diri sendiri. Faktor yang mempengaruhi bakat dapat diperoleh dari faktor keturunan, belajar dan latihan. Bakat dan minat erat kaitannya, setelah mengetahui bakat yang ada pada diri tentunya kita juga harus meminatinya dengan cara mau berusaha untuk mempelajari bakat yang ada dalam diri kita. Minat seseorang mengenai suatu bidang bisa muncul dimulai karena tahu, kenal, dan kemudian merasa tertarik untuk mengetahui seluk beluk bidang tersebut secara lebih mendalam
Sumber
Sumber

Kamis, 21 September 2017

Mengidentifikasi Bakat dan Kreativitas

Mengidentifikasi Bakat dan Kreativitas
Identifikasi Bakat Seni Visual dan Pertunjukkan
Menemukenali bakat di bidang ini tidak mudah karena belum ditemukannya alat canggih untuk mengukur dan mengidentifikasi. Teori dan hasil penelitian menekankan pada umumnya orang yang bertalenta dalam seni visual dan petunjukkan memiliki tingkat intelegensi dan kreativitas yang cukup tinggi, di samping kemampuan dan keterampilan khusus dalam bidang seni. Tes intelegensi dan tes kreativitas dapat secara umum digunakan untuk semua bidang talenta. 
Jika alat psikometris yang sesuai belum ada, identifikasi bakat dalam bidang seni visual dan pertunjukkan bergantung pada metode observasi, yang dinilai oleh ahli-ahli dalam bidang seni tersebut. Dalam seleksi ini diharapkan ahli-ahli tersebut tidak hanya menilai kemampuan reproduktif, tetapi juga kemampuan inovatif, dengan kecenderungan untuk dapat melepaskan diri dari bentuk seni yang konvensional tradisional semata-mata. 

Identifikasi Bakat Psikomotor
Untuk mengidentifikasi tingkat kemampuan psikomotor, sebaiknya dilakukan penjaringan terlebih dahulu untuk menentukan tingkat kemampuan intelektual, kemampuan yang khusus berkaitan dengan bidang talenta, kemampuan berpikir kreatif jika kemampuan psikomotor tersebut memerlukan inovasi dan tingkat perkembangan keseluruhan badan, atau bagian badan yang berkaitan dengan kemampuan yang dicari misalnya kekuatan, kecepatan, koordinasi, kelenturan dan lain-lain. Tes intelegensi WISC di samping bagian verbal, juga mempunyai bagian performance yang mengukur IQ performance dengan subtest yang dapat memberikan informasi bermanfaat mengenai koordinasi visual motorik, organisasi visual, dan organisasi persepsi.

Identifikasi Bakat Kreatif
Pada umumnya alat tes E.P Torrance dan J.P Guilford mengutamakan kemampuan berpikir seperti kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan elaborasi, namun pendekatan mereka berbeda. Torrance (1974) mengukur kemampuan melalui penampilan beberapa tugas majemuk yang dirancang untuk memicu ungkapan beberapa kemungkinan pada saat yang sama, sedangkan Guilford (1967) mengukur berpikir divergen dengan menggunakan format tes yang pada umumnya menuntut subyek untuk berespon terhadap banyak stimulus, yang masing-masing mengukur komponen khusus dari struktur intelek.
Sehubungan dengan konsep kreativitas sebagai kemampuan untuk membentuk asosiasi, perangkat yang terkenal adalah alat dari Mednick dan Mednick (1967) yang menuntut penyusunan tiga stimulus untuk menghasilkan satu asosiasi yang jauh dan orisinal (The Remote Associates Test) yang terdiri dari 32 set tiga kata, yang masing-masing mempunyai kaitan yang lemah (jauh) dengan pikiran kebanyakan orang. Subyek diminta untuk menemukan kata keempat yang ada kaitannya dengan masing-maisng dari tiga kata pertama. Hanya ada satu jawaban tepat, dimana menimbulkan kritik bajwa tes kreativitasnya seharusnya memungkinkan berbagai alternatif jawaban terhadap suatu masalah (berpikir divergen). Dan ternyata tes ini berhasil untuk mengidentifikasi secara cepat, sederhana dan tepat bagi mereka yang mempunyai bakat kreatif yang tinggi. 
Inventori kepribadian digunakan untuk mempelajari kepribadian kreatif, tetapi bukan terutama untuk mengukur kreativitas. Pendekatan efektif untuk mengidentifikasi karakteristik individu yang kreatif antara lain melalui wawancara sejarah hidup dan penilaian ciri kepribadian.
Instrumen yang mengukur prestasi kreatif diantaranya Daftar Periksa (checklist) atau petunjuk dan prestasi kreatif dari kehidupan nyata. Identifikasi talenta kreatif dilakukan melalui beberapa cara yang meliputi ukuran kemampuan berpikir kreatif, orisinalitas, imagery kreatif dan persepsi diri kreatif.

JENIS ALAT UNTUK MENGUKUR BAKAT KREATIF

Potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa pendekatan, yaitu pengukuran langsung; pengukuran tidak langsung, dengan mengukur unsur-unsur yang menandai ciri tersebut; pengukuran ciri kepribadian yang berkaitan erat dengan ciri tersebut; dan beberapa jenis ukuran yang bukan tes. Pendekatan kelima adalah dengan menilai produk kreatif nyata.

1.      Tes yang Mengukur Kreativitas secara Langsung
Sejumlah tes kreativitas telah disusun dan digunakan, antara lain tes terkenal dari Torrance yang digunakan untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of Creative Thinking: TICT) yang mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural. Ada yang sudah diadaptasi untuk Indonesia, yaitu Tes Lingkaran (Circles Test) dari Torrance.tes ini pertama kali digunakan di Indonesia dalam penelitian Utami Munandar (1997) untuk disertasinya “Greativity and Education”, dengan tujuan membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan ukuran kreatifitas figural.

2.      Tes yang Mengukur Unsur-Unsur Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu konstruk yang multidimensi, terdiri dari berbagai dimensi, yaitu dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian), dan dimensi psikomotorik (keterampilan kreatif). Masing-masing dimensi meliputi berbagai kategori, misalnya dimensi kognitif dari kreativitas-berpikir divergen-mencakup antara lain kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir, kemampuan untuk memperinci (elaborasi), dll.

3.      Tes yang Mengukur Ciri Kepribadian Kreatif
Beberapa tes mengukur ciri-ciri khusus, antara lain adalah :
·         Tes Mengajukan Pertanyaan, yang merupakan bagian dari Tes Torrance untuk Berpikir Kreatif.
·         Tes Risk Taking, digunakan untuk menunjukkan dampak pengambilan resiko terhadap kreativitas.
·         Tes Figure Preference dari Barron-Welsh yang menunjukkan dampak pengambilan risiko terhadap kreativitas
·         Tes Sex Role Identity untuk mengukur sejauh mana seseorang mengidentifikasikan diri.
·         Dengan peran jenis kelaminnya. Alat yang sudah digunakan di Indonesia adalah Bem Sex Role Inventory.

4.      Pengukuran Bakat Kreatif secara Non-Tes
Dalam upaya mengatasi keterbatasan tes tertulis untuk mengukur kreativitas dirancang beberapa pendekatan alternatif.
·         Daftar Periksa (Cheklist) dan Kuesioner. Alat ini disusun berdasarkan penelitian tentang karakteristik khusus yang dimiliki pribadi kreatif.
·         Daftar Pengalaman. Teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang di masa lalu. Beberapa studi menemukan korelasi yang tinggi antara “laporan diri” dan prestasi kreatif di masa depan. Format yang paling sederhana adalah meminta seseorang menulis autobiografi singkat, yang kemudian dinilai untuk kuantitas dan kualitas perilaku kreatif.
·         Metode yang paling formal adalah The State of Past Creative Activities yang dikembangkan oleh Bell. Instruksinya: “Daftarlah kegiatan kreatif yang telah Anda lakukan selama 1-3 tahun terakhir. Meliputi kegiatan seni, sastra, atau ilmiah.

5.      Pengamatan Langsung terhadap Kinerja Kreatif
Mengamati bagaimana orang bertindak dalam situasi tertentu nampaknya merupakan teknik yang paling absah, tetapi makan waktu dan dapat pula bersifat subyektif.


Contoh kasus
Abdi Putra (22) adalah seorang mahasiswa Teknik  Sipil di sebuah Universitas Negeri di kota T***. Ia sekarang duduk di tingkat 3, semester 6. IPK nya cenderung menengah ke bawah, pas-pas makan istilah teman-temannya. Semangat belajarnya pun senin kamis, aras-arasan, atau dengan kata lain tergantung moodnya. Padahal jurusan teknik sipil adalah pilihannya, dengan seleksi yang ketat, ia berhasil masuk ke sebuah Universitas bergengsi di kotanya. Tak main-main, ia berhasil menduduki peringkat 3 dari ratusan saingannya. Ketika itu, banyak yang menyangka, Abdi akan menjadi mahasiswa brilian dengan prestasi akademik yang bagus. Betapa tidak, sejak masih di bangku sekolah, Abdi pun terkenal karena prestasi akademiknya yang memukau. Ia sering mengharumkan nama sekolahnya dengan berbagai medali olimpiade yang dimenangkannya. Mulai olimpiade fisika, matematika maupun kimia. Maka tak heran, banyak yang memprediksi dan menaruh harapan besar bahwa Abdi nantinya akan menjadi ahli Teknik yang handal, ketika ia memilih Teknik menjadi jurusannya. Bahkan, jurusan teknik sipil ini sebenarnya adalah rekomendasi dari salah seorang guru fisika yang dekat dengannya “ Ia akan menjadi insyinyur yang sangat berbakat”, begitu kata gurunya. Maka Abdi pun memilih jurusan ini.
Namun, kenyataanya berbalik sempurna ketika ia masuk jurusan tersebut. Ia bukanlah Abdi siswa yang cemerlang, melainkan menjadi Abdi mahasiswa pemalas, tak ada semangat, dan terancam droup out. Yang anehnya, Abdi tampak sangat antusias jika ia mengutak-atik komputer. Pun ketika ia menjelajah di dunia Internet, ia sangat menikmatinya. Bahkan, sekarang ini Abdi menjadi operator di sebuah warnet terbesar di kotanya, suatu pekerjaan yang sangat bertolak belakang dengan kuliahnya. Apa yang terjadi? Apakah pelajarannya terlalu rumit untuk Abdi yang cerdas atau Abdi telah menjadi mahasiswa salah jurusan?
Jawab :
Dalam kasus Abdi ada beberapa hal yang menjadi penyebab atau akar dari masalahnya. Beberapa hal itu adalah bakat, minat dan kepribadian dari Abdi. Kita bisa melihat bahwa Abdi sebenarnya memilki potensi yang besar untuk meraih kesuksesannya. Potensi itu adalah kecerdasannya yang terbukti dari prestasi-prestasi akademik yang diperolehnya. Jika memakai istilah ekonomi, Abdi telah memilki “modal” yang cukup untuk masa depannya. Pun ketika kita melihat sekilas, Abdi telah memilki bakat yang menonjol dalam bidang eksakta. Banyak alternatif yang membutuhkan bakat dalam bidang tersebut, antara lain kedokteran, teknik, MIPA dan lain sebagainya. Termasuk teknik sipil yang sedang digelutinya saat ini. Namun, “gagal”adalah kata yang cocok untuk melaporkan hasil studinya. Apakah Abdi tidak memiliki bakat? Sepertinya ia punya bakat yang dibutuhkan dalam studinya, tapi ada satu hal penting yang harus ada dalam semua pekerjaan atau aktivitas apapun, yakni kemauan atau bahasa lainnya adalah minat.
Keputusan kata hati merupakan perbuatan kemampuan untuk memilih dan mengambil keputusan dengan ciri-ciri: mempertahankan seluruh kepribadiannya, sifatnya irrasional, berlaku perseorangan dan pada suatu situasi dan timbulnya dari lubuk hati (Purwanto, 1998).
Dalam kamus Bahasa Indonesia, Minat diartikan dengan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, dan keinginan (Yardianto, 1997). Perasaan senang dan tidak senang merupakan dasar dari suatu minat. Minat seseorang dapat diketahui dari pernyatan senang dan tidak senang terhadap objek tertentu. Antara minat dan perhatian pada umumnya dianggap sama. Tetapi pada prakteknya selalu bergandengan satu sama yang lainnya. Pada kenyataannya jika seseorang tertarik pada sesuatu maka dimulai dengan adanya minat terhadap sesuatu tersebut. Jadi minat mendahului perhatian, karena minat merupakan sikap jiwa seseorang, sedangkan perhatian merupakan keaktifan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu objek. Jadi antara minat dan perhatian merupakan komponen yang kuat dalam praktek karena apa yang menjadi minat dapat menyebabkan adanya perhatian dan apa yang menyebabkan perhatian tertentu disertai dengan minat.
Dari beberapa teori-teori dan pendapat tentang Bakat dan Minat, maka kita dapat menganalisis bahwa Abdi mungkin memang punya bakat di bidang sains, tapi bukan berarti ia dapat berhasil dalam semua bidang sains. Karena ternyata untuk berhasil tidak cukup dengan modal berbakat, tapi juga harus punya kemauan atau minat. Namun, jika hanya memiliki niat pun tak cukup untuk meraih keberhasilan. Intinya, bakat dan minat harus dipadukan dengan baik atau berjalan beriringan. Hanya ada satu tanpa ada yang lain, tak akan cukup membuat siapa saja berhasil, termasuk Abdi. Meskipun dia memilki otak yang encer, Abdi harus melihat dan memilih apa yang menjadi daya tarik dan minat untuk masa depannya. Abdi yang memiliki minat dalam bidang komputer dan  informatika, tidak berada dalam wadah yang tepat, akibatnya ia melenceng dari tempat yng dipilihnya, yakni Teknik Sipil.
Solusi yang tepat untuk Abdi adalah meng croscheck kembali apa yang disukainya sesuai dengan kemampuannya. Jika ia masih kesulitan untuk mengetahui apa yang menjadi bakat dan minatnya, ia disarankan untuk meminta bantuan dari psikolog untuk membantu memberinya Tes Bakat dan Minat, sehingga ia mengetahui bakat apa yang dimilikinya dan ia berminat dalam hal apa. Penting juga untuk orangtua Abdi lebih memperhatikan masalah ini untuk keberhasilan Abdi nantinya. Juga sebaiknya Abdi tidak serta merta menerima saran dari orang lain tanpa meninjau terlebih dahulu, sekalipun saran itu diberikan oleh orangtua dan pendidik Abdi, karena yang mengetahui diri Abdi dengan baik adalah Abdi sendiri. Selagi memiliki kesempatan, tidak ada salahnya mencoba untuk mengikuti Tes Bakat dan Minat agar tidak terjadi kesalahan yang serupa di masa yang akan datang.

Sumber


Rabu, 28 Desember 2016

Fenomena Game Online

Kemajuan teknologi dapat dirasakan baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang ditandai dengan kemajuan teknologi disertai perkembengan penyebarluasan jaringan internet yang hampir mencakup seluruh kepulauan Indonesia dan stratata sosial.
Akhir – akhir ini permainan elektronik atau yang sering disebut dengan game online telah mengalami  kemajuan yang sangat pesat. Ini bisa dilihat di kota-kota besar, tidak terkecuali juga kota-kota kecil, banyak sekali game center yang muncul. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) baru-baru ini mengadakan survei pengguna internet di Indonesia. Hasilnya adalah jumlah pengguna aktif internet Indonesia sudah mencapai 63 juta orang, atau sekitar 24% dari total populasi Indonesia. Jumlah ini meningkat sekitar 8% jika dibandingkan dengan tahun lalu, dimana saat itu hanya sekitar 55 juta pengguna saja. Pengguna Internet terbanyak saat ini masih berada di Pulau Jawa. Posisi kedua diikuti Pulau Sumatera, Sulawesi, Bali, dan Kalimantan. Sedangkan secara provinsi, pengguna terbanyak ada di Jawa Barat. Lalu, diikuti Jawa Timur dan Jawa Tengah

Dunia internet berkembang begitu pesat. Tidak hanya untuk browsing dan berinteraksi lewat situs jejaring sosial, kehadiran internet juga dimanfaatkan sebagai sarana bermain game secara bersamaan (multiplayer) melalui game online. Game online, secara gamblang adalah game yang dimainkan dengan menggunakan jaringan baik LAN (Local Area Network) atau internet. Biasanya, jenis game yang dimainkan adalah game peperangan atau menyusun strategi. Bisnis warnet di Indonesia semenjak beberapa tahun terakhir terlihat sangat pesat. Di beberapa warnet umumnya terlihat dipenuhi oleh kalangan pelajar yang tak kelak selalu datang untuk menghabiskan waktunya bermain game online dan terkadang mereka rela untuk tidak masuk sekolah (bolos) hanya demi bermain game online. Permainan game online bagi kalangan pelajar tingkat pertama hingga menengah bahkan anak-anak TK bukanlah hal yang asing lagi di zaman sekarang ini. Banyak fakta yang kita jumpai, dengan pergi survey ke warnet-warnet maka tidak jarang kita menemukan kalangan remaja bahkan anak-anak yang sedang main game online. Dari berbagai warnet yang bisa ditemui di sekitar Jakarta, hampir mayoritas ada pukul 07.00 sampai pukul 12.00 depenuhi oleh anak – anak dengan pakaian seragam sekolah yang sedang bermain game online. Apa yang dilakukan pelajar tersebut terkadang tanpa diketahui oleh orang tua mereka, ada saja alasan mereka untuk meyakinkan orang tua nya, entah itu belajar di rumah teman, atau ada acara sekolah. Dalam hal ini seharusnya para orang tua harus lebih memperhatikan lagi anak – anak mereka, paling tidak mengetahui kemana mereka setelah pulang sekolah. Peran orang tua dan lingkungan sekitar adalah factor penentu dari pengaruh remaja dalam bermain game online. Dengan adanya dukungan/pengawasan dari keluarga dan lingkungan sekitar, setidaknya bisa mengurangi dampak dan pengaruh dari game online ini. Sehingga generasi penerus ini tidak terhanyut dalam perkembangan teknologi yang nantinya bisa merusak masa depan mereka, bahkan bangsa kita ini.


Dilihat dari klasifikasi umur, pengguna terbanyak Internet masih berusia 12-34 tahun, yang mencapai 64 persen dari total pengguna. Game online sangat digemari oleh masyarakat khusus nya remaja, remaja yang sudah terlalu asik bermain biasanya akan lupa akan waktu dan tugas-tugas penting. Banyak sekali remaja yang rela menghabiskan waktunya ber jam jam dan meningalkan kewajiban sekolah untuk bermain game online.

Menurut Piaget, secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek, lebih atau kuramg dari usia pubertas.
Menurut Petro Bloss dalam (Sarwono 2008) proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja:

  1. Remaja Awal (Early Adolescene) usia 12-15 tahun:
  • Masih heran pada diri sendiri.
  • Mengembangkan pikiran baru
  • Cepat tertarik pada lawan jenis. 
  • Kurang kendali the “ego” (sulit mengerti dan dimengerti orang lain)
  1. Remaja Madya (Middle Adolescene) usia 15-19 tahun:
  • Membutuhkan kawan-kawan
  •  Cenderung “narcistic” (mencintai dirinya sendiri, suka dengan teman-teman yang memiliki sifat yang sama / mirip dengan dia)
  • Labil
  1. Remaja akhir (Late Adolescene) usia 19-22 tahun. masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai pencapaian lima hal sebagai berikut: 
  • Minat terhadap fungsi-fungsi intelektual.
  •  Egonya mencari kesempatan bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalamam-pengalamam baru.
  • Identitas seksual tidak berubah lagi
  • Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan sendiri dengan orang lain.
  • Tumbuh“dinding” yang memisahkan diri priba dinya dan masyarakat umum.

Fenomena yang berkembang saat ini adalah remaja lebih senang bermain game online, remaja fokus kepada layar komputer permainan yang ada di hadapannya ketimbang berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Suci Ardianita Karina, psikolog di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Atma Husada Mahakam, game online memiliki dua sudut pandang yang berbeda. Di satu sisi menguntungkan, tapi di sisi lain sangat merugikan. “Game online bisa digunakan sebagai bahan penghilang stres, tapi kalau kelebihan pasti kecanduan dan berpengaruh pada psikologi anak-anak”. Ketergantungan game online yang dialami pada masa remaja, dapat mempengaruhi aspek sosial remaja dalam menjalani kehidupan sehari-hari, karena banyaknya waktu yang dihabiskan di dunia maya mengakibatkan remaja kurang berinteraksi dengan orang lain dalam dunia nyata.

Cooper (Dyah, 2009) berpendapat bahwa kecanduan merupakan perilaku ketergantungan pada suatu hal yang disenangi. Dodes (Juneman, 2006) kecanduan terdiri dari physical addiction, yaitu kecanduan yang berhubungan dengan alkohol atau kokain, dan non-physical addiction, yaitu kecanduan yang tidak melibatkan alkohol maupun kokain, dengan demikian dapat dikatakan kecanduan game online termasuk dalam non-physical addiction.

Beberapa sebab yang membuat remaja kecanduan game online, salah satunya adalah tantangan. “Dalam setiap game ada tantangan, yang membuat pecandunya terus merasa tertantang, sehingga pada akhirnya, orang yang kecanduan game akan merasa ketergantungan terus menerus dan tidak bisa lepas dari game. Bila si pemain tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, ia akan jadi lupa diri. Si pecandu jadi lupa belajar. Bahkan saat belajar pun ia malah mengingat-ingat permainan game.

Remaja bermain game online mempunyai motif – motif yang berbeda, ada yang bermain game sekedar hobby, hiburan, pelampiasan emosi, mencari teman, dan adapula yang bermain game sudah menjadi bagian dirinya sendiri bisa disebut dengan kecanduan. Hal yang mengkhawatirkan, jika remaja yang pada umumnya masih duduk di bangku sekolah menghabiskan waktu dengan main game online dapat menyebabkan merosotnya prestasi belajar.

Ciri-ciri remaja yang kecanduan game-online menurut Rachmat (2012) :
(1) Anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain game pada jam-jam di luar sekolah;
(2) Tertidur di sekolah;
(3) Sering melalaikan tugas;
(4) Nilai di sekolah jeblok;
(5) Berbohong soal berapa lama waktu yang sudah dihabiskan untuk bermain game;
(6) Lebih memilih bermain game dari pada bermain dengan teman;
(7) Menjauhkan diri dari kelompok sosialnya (klub atau kegiatan ekskul);
(8) Merasa cemas dan mudah marah jika tidak bermain game.

Perilaku kecanduan didasarkan teori hierarki kebutuhan Maslow bahwa di dalam setiap diri individu ada dorongan untuk memenuhi kebutuhan pada tiap tingkatan. Individu yang memiliki
kontrol diri rendah berpotensi mengalami kecanduan karena individu tidak mampu memandu, mengarahkan, dan mengatur perilaku.

Pengukuran kecanduan game online dilakukan menggunakan aspek-aspek yang di
kemukakan oleh Chen dan Chang (2008) yaitu :
a). kompulsif;
b). penarikan diri;
c). toleransi;
d). hubungan interpersonal;
e). masalah kesehatan.

Sumber 

Rabu, 16 November 2016

Seks Dalam Internet

           Di Indonesia, ICT Watch dalam seminar Online Child Pornography yang diselenggarakan di kampus Universitas Indonesia (UI) beberapa waktu lalu, melansir temuannya bahwa setiap kali mengetik password seperti "SMP" atau "SMA" pada mesin pencari Google, maka akan selalu ditemukan hal-hal yang mengacu pada aktivitas atau foto-foto porno anak-anak Indonesia. Penanganan kasus pornografi melalui media internet memang memiliki kerumitan tersendiri, karena cakupan ketentuan perundang-undangannya masih sangat terbatas meski sudah ada Undang-Undang Pornografi.
Media online sebagai salah satu sarana media baru yang muncul seiring kemajuan internet. Munculnya media baru ini berpengaruh terhadap perilaku penyimpangan sosial, khususnya terhadap perilaku seksual dan kehamilan di usia remaja.
Cybersex, saat ini telah menjadi sebuah fenomena seksual yang bertumbuh cukup pesat, terutama di kota-kota besar dimana internet semakin mudah diakses. Apalagi ditambah pula semakin menjamurnya situs porno, fasilitas chatting yang menawarkan webcam dan internet phone.
   
Secara garis besar terdapat 3 kategori cybersex:
1. Online porn: gambar porno, dan cerita-cerita erotis
            2. Real time interaction: chatting dimana topik yang dibicarakan adalah seks, “berhubungan
seksual” lewat dunia maya, webcam sex.
3. Multimedia-software: game erotis, video porno.
  Hasil gambar untuk seks dalam internet

Selain tentunya penyebab adiksi/kecanduan seperti pada umumnya, cybersex ini dapat menjerat para pelakunya menjadi kecanduan karena:
1. Aksesibilitas
Saat ini fasilitas internet telah dapat diakses dengan sangat mudah. Dalam arti dapat dikonsumsi secara publik dari berbagai golongan sosial tanpa memandang usia, pekerjaan, jenis kelamin, dll.
2. Isolasi
Cybersex menawarkan kesempatan seseorang untuk terpisah dari orang lain, dan lebih jauh lagi untuk terperosok lebih jauh lagi dalam hal fantasi seksualnya tanpa takut tertular penyakit, kehamilan tak diinginkan, dll.
3. Anonim
Kondisi para pelaku cybersex yang anonim ini membuatnya lebih kecanduan menggunakan internet sebagai fasilitas pemuas hasrat seksual. Cybersex menawarkan anonimitas, dimana pelakunya tidak perlu takut dikenali masyarakat bila mengunjungi prostitusi, mengunjungisex shop, striptease club, dll. Dan identitas di dunia maya pun dapat dikaburkan.
4. Terjangkau
Saat ini, fasilitas cybersex sangat terjangkau, dan internet juga cukup murah. Fasilitaschatting gratis, begitupula materi-materi porno yang terkandung dalam berbagai situs porno juga banyak yang dapat dilihat tanpa biaya hingga dapat di-download dengan cepat. Tentu saja dibandingkan dengan jasa prostitusi yang berbayar dan berisiko tertular penyakit.
5. Fantasi
Cybersex juga menawarkan bagi pelakunya untuk berfantasi secara bebas dimana mungkin fantasinya itu bertentangan dengan norma masyarakat. Termasuk didalamnya adalah menentukan kriteria fisik lawan jenis yang diinginkan, skenario chat sex yang akan dinikmati, dll.
Berikut tanda-tanda seseorang yang telah kecanduan seks via internet, seperti dilansir dari onlymyhealth, antara lain:
1. Menghabiskan waktu berjam-jam untuk melihat hal-hal yang berbau porno di internet, seperti video atau foto-foto porno.
2. Orang kecanduan seks via internet selalu melibatkan diri dalam obrolan seks online. Hal ini merupakan cara untuk menikmati fantasi seksual sehingga melupakan aktivitas lainnya karena terlaru larut obrolannya.
3. Akan berperilaku menjengkelkan jika tidak dapat mengakses internet. Bagi orang yang sudah kecanduan seks via internet tidak akan bersikap normal jika tidak menyalurkan keinginan seksualnya dengan berselancar di dunia maya.
4. Orang yang telah kecanduan seks via internet akan merasa berkurangnya keintiman seksual dan kesenangan dalam kehidupan nyata. Orang tersebut akan membandingkan kehidupan nyata dengan kehidupan seks virtual yang membuatnya lebih puas.
5. Selalu berfantasi tentang seks.
6. Bersikap defensif ketika orang lain memberitahu bahwa dirinya telah menghabiskan waktu berjam-jam di internet. Orang yang telah kecanduan seks via internet selalu takut tertangkap basah oleh orang lain ketika sedang menyalurkan hasrat seksualnya dan membuatnya bersikap skeptis.
7. Selalu merasa bersalah tetapi tidak dapat mengendalikan keinginannya untuk berselancar di dunia maya.
8. Rela menghabiskan banyak uang untuk mengakses situs-situs porno yang berbayar.
 

#SIP Merancang Aplikasi Psikologi

SSCT (Sack’s Sentence Completion Test) SSCT (Sack’s Sentence Completion Test) merupakan salah satu alat test kepribadian berbentuk p...