Mengidentifikasi Bakat dan Kreativitas
Identifikasi Bakat Seni Visual dan Pertunjukkan
Menemukenali bakat di bidang ini tidak mudah karena belum ditemukannya alat canggih untuk mengukur dan mengidentifikasi. Teori dan hasil penelitian menekankan pada umumnya orang yang bertalenta dalam seni visual dan petunjukkan memiliki tingkat intelegensi dan kreativitas yang cukup tinggi, di samping kemampuan dan keterampilan khusus dalam bidang seni. Tes intelegensi dan tes kreativitas dapat secara umum digunakan untuk semua bidang talenta.
Jika alat psikometris yang sesuai belum ada, identifikasi bakat dalam bidang seni visual dan pertunjukkan bergantung pada metode observasi, yang dinilai oleh ahli-ahli dalam bidang seni tersebut. Dalam seleksi ini diharapkan ahli-ahli tersebut tidak hanya menilai kemampuan reproduktif, tetapi juga kemampuan inovatif, dengan kecenderungan untuk dapat melepaskan diri dari bentuk seni yang konvensional tradisional semata-mata.
Menemukenali bakat di bidang ini tidak mudah karena belum ditemukannya alat canggih untuk mengukur dan mengidentifikasi. Teori dan hasil penelitian menekankan pada umumnya orang yang bertalenta dalam seni visual dan petunjukkan memiliki tingkat intelegensi dan kreativitas yang cukup tinggi, di samping kemampuan dan keterampilan khusus dalam bidang seni. Tes intelegensi dan tes kreativitas dapat secara umum digunakan untuk semua bidang talenta.
Jika alat psikometris yang sesuai belum ada, identifikasi bakat dalam bidang seni visual dan pertunjukkan bergantung pada metode observasi, yang dinilai oleh ahli-ahli dalam bidang seni tersebut. Dalam seleksi ini diharapkan ahli-ahli tersebut tidak hanya menilai kemampuan reproduktif, tetapi juga kemampuan inovatif, dengan kecenderungan untuk dapat melepaskan diri dari bentuk seni yang konvensional tradisional semata-mata.
Identifikasi Bakat Psikomotor
Untuk mengidentifikasi tingkat kemampuan psikomotor, sebaiknya dilakukan penjaringan terlebih dahulu untuk menentukan tingkat kemampuan intelektual, kemampuan yang khusus berkaitan dengan bidang talenta, kemampuan berpikir kreatif jika kemampuan psikomotor tersebut memerlukan inovasi dan tingkat perkembangan keseluruhan badan, atau bagian badan yang berkaitan dengan kemampuan yang dicari misalnya kekuatan, kecepatan, koordinasi, kelenturan dan lain-lain. Tes intelegensi WISC di samping bagian verbal, juga mempunyai bagian performance yang mengukur IQ performance dengan subtest yang dapat memberikan informasi bermanfaat mengenai koordinasi visual motorik, organisasi visual, dan organisasi persepsi.
Untuk mengidentifikasi tingkat kemampuan psikomotor, sebaiknya dilakukan penjaringan terlebih dahulu untuk menentukan tingkat kemampuan intelektual, kemampuan yang khusus berkaitan dengan bidang talenta, kemampuan berpikir kreatif jika kemampuan psikomotor tersebut memerlukan inovasi dan tingkat perkembangan keseluruhan badan, atau bagian badan yang berkaitan dengan kemampuan yang dicari misalnya kekuatan, kecepatan, koordinasi, kelenturan dan lain-lain. Tes intelegensi WISC di samping bagian verbal, juga mempunyai bagian performance yang mengukur IQ performance dengan subtest yang dapat memberikan informasi bermanfaat mengenai koordinasi visual motorik, organisasi visual, dan organisasi persepsi.
Identifikasi Bakat Kreatif
Pada umumnya alat tes E.P Torrance dan J.P Guilford mengutamakan kemampuan berpikir seperti kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan elaborasi, namun pendekatan mereka berbeda. Torrance (1974) mengukur kemampuan melalui penampilan beberapa tugas majemuk yang dirancang untuk memicu ungkapan beberapa kemungkinan pada saat yang sama, sedangkan Guilford (1967) mengukur berpikir divergen dengan menggunakan format tes yang pada umumnya menuntut subyek untuk berespon terhadap banyak stimulus, yang masing-masing mengukur komponen khusus dari struktur intelek.
Sehubungan dengan konsep kreativitas sebagai kemampuan untuk membentuk asosiasi, perangkat yang terkenal adalah alat dari Mednick dan Mednick (1967) yang menuntut penyusunan tiga stimulus untuk menghasilkan satu asosiasi yang jauh dan orisinal (The Remote Associates Test) yang terdiri dari 32 set tiga kata, yang masing-masing mempunyai kaitan yang lemah (jauh) dengan pikiran kebanyakan orang. Subyek diminta untuk menemukan kata keempat yang ada kaitannya dengan masing-maisng dari tiga kata pertama. Hanya ada satu jawaban tepat, dimana menimbulkan kritik bajwa tes kreativitasnya seharusnya memungkinkan berbagai alternatif jawaban terhadap suatu masalah (berpikir divergen). Dan ternyata tes ini berhasil untuk mengidentifikasi secara cepat, sederhana dan tepat bagi mereka yang mempunyai bakat kreatif yang tinggi.
Inventori kepribadian digunakan untuk mempelajari kepribadian kreatif, tetapi bukan terutama untuk mengukur kreativitas. Pendekatan efektif untuk mengidentifikasi karakteristik individu yang kreatif antara lain melalui wawancara sejarah hidup dan penilaian ciri kepribadian.
Instrumen yang mengukur prestasi kreatif diantaranya Daftar Periksa (checklist) atau petunjuk dan prestasi kreatif dari kehidupan nyata. Identifikasi talenta kreatif dilakukan melalui beberapa cara yang meliputi ukuran kemampuan berpikir kreatif, orisinalitas, imagery kreatif dan persepsi diri kreatif.
Pada umumnya alat tes E.P Torrance dan J.P Guilford mengutamakan kemampuan berpikir seperti kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan elaborasi, namun pendekatan mereka berbeda. Torrance (1974) mengukur kemampuan melalui penampilan beberapa tugas majemuk yang dirancang untuk memicu ungkapan beberapa kemungkinan pada saat yang sama, sedangkan Guilford (1967) mengukur berpikir divergen dengan menggunakan format tes yang pada umumnya menuntut subyek untuk berespon terhadap banyak stimulus, yang masing-masing mengukur komponen khusus dari struktur intelek.
Sehubungan dengan konsep kreativitas sebagai kemampuan untuk membentuk asosiasi, perangkat yang terkenal adalah alat dari Mednick dan Mednick (1967) yang menuntut penyusunan tiga stimulus untuk menghasilkan satu asosiasi yang jauh dan orisinal (The Remote Associates Test) yang terdiri dari 32 set tiga kata, yang masing-masing mempunyai kaitan yang lemah (jauh) dengan pikiran kebanyakan orang. Subyek diminta untuk menemukan kata keempat yang ada kaitannya dengan masing-maisng dari tiga kata pertama. Hanya ada satu jawaban tepat, dimana menimbulkan kritik bajwa tes kreativitasnya seharusnya memungkinkan berbagai alternatif jawaban terhadap suatu masalah (berpikir divergen). Dan ternyata tes ini berhasil untuk mengidentifikasi secara cepat, sederhana dan tepat bagi mereka yang mempunyai bakat kreatif yang tinggi.
Inventori kepribadian digunakan untuk mempelajari kepribadian kreatif, tetapi bukan terutama untuk mengukur kreativitas. Pendekatan efektif untuk mengidentifikasi karakteristik individu yang kreatif antara lain melalui wawancara sejarah hidup dan penilaian ciri kepribadian.
Instrumen yang mengukur prestasi kreatif diantaranya Daftar Periksa (checklist) atau petunjuk dan prestasi kreatif dari kehidupan nyata. Identifikasi talenta kreatif dilakukan melalui beberapa cara yang meliputi ukuran kemampuan berpikir kreatif, orisinalitas, imagery kreatif dan persepsi diri kreatif.
JENIS ALAT UNTUK MENGUKUR BAKAT KREATIF
Potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa pendekatan,
yaitu pengukuran langsung; pengukuran tidak langsung, dengan mengukur
unsur-unsur yang menandai ciri tersebut; pengukuran ciri kepribadian yang
berkaitan erat dengan ciri tersebut; dan beberapa jenis ukuran yang bukan tes.
Pendekatan kelima adalah dengan menilai produk kreatif nyata.
1.
Tes yang Mengukur Kreativitas secara
Langsung
Sejumlah tes
kreativitas telah disusun dan digunakan, antara lain tes terkenal dari Torrance
yang digunakan untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of Creative
Thinking: TICT) yang mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural. Ada yang
sudah diadaptasi untuk Indonesia, yaitu Tes Lingkaran (Circles Test)
dari Torrance.tes ini pertama kali digunakan di Indonesia dalam penelitian
Utami Munandar (1997) untuk disertasinya “Greativity and Education”,
dengan tujuan membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan ukuran kreatifitas
figural.
2.
Tes yang Mengukur Unsur-Unsur
Kreativitas
Kreativitas
merupakan suatu konstruk yang multidimensi, terdiri dari berbagai dimensi,
yaitu dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan
kepribadian), dan dimensi psikomotorik (keterampilan kreatif). Masing-masing
dimensi meliputi berbagai kategori, misalnya dimensi kognitif dari
kreativitas-berpikir divergen-mencakup antara lain kelancaran, kelenturan, dan
orisinalitas dalam berpikir, kemampuan untuk memperinci (elaborasi), dll.
3.
Tes yang Mengukur Ciri Kepribadian
Kreatif
Beberapa tes mengukur ciri-ciri khusus,
antara lain adalah :
·
Tes Mengajukan Pertanyaan, yang
merupakan bagian dari Tes Torrance untuk Berpikir Kreatif.
·
Tes Risk Taking, digunakan
untuk menunjukkan dampak pengambilan resiko terhadap kreativitas.
·
Tes Figure Preference dari
Barron-Welsh yang menunjukkan dampak pengambilan risiko terhadap kreativitas
·
Tes Sex Role Identity untuk
mengukur sejauh mana seseorang mengidentifikasikan diri.
·
Dengan peran jenis kelaminnya. Alat
yang sudah digunakan di Indonesia adalah Bem Sex Role Inventory.
4.
Pengukuran Bakat Kreatif secara Non-Tes
Dalam upaya
mengatasi keterbatasan tes tertulis untuk mengukur kreativitas dirancang beberapa
pendekatan alternatif.
·
Daftar Periksa (Cheklist) dan
Kuesioner. Alat ini
disusun berdasarkan penelitian tentang karakteristik khusus yang dimiliki
pribadi kreatif.
·
Daftar Pengalaman. Teknik ini
menilai apa yang telah dilakukan seseorang di masa lalu. Beberapa studi
menemukan korelasi yang tinggi antara “laporan diri” dan prestasi kreatif di
masa depan. Format yang paling sederhana adalah meminta seseorang menulis
autobiografi singkat, yang kemudian dinilai untuk kuantitas dan kualitas
perilaku kreatif.
·
Metode yang paling formal adalah The
State of Past Creative Activities yang dikembangkan oleh Bell.
Instruksinya: “Daftarlah kegiatan kreatif yang telah Anda lakukan selama 1-3
tahun terakhir. Meliputi kegiatan seni, sastra, atau ilmiah.
5.
Pengamatan Langsung terhadap Kinerja
Kreatif
Mengamati
bagaimana orang bertindak dalam situasi tertentu nampaknya merupakan teknik
yang paling absah, tetapi makan waktu dan dapat pula bersifat subyektif.
Contoh
kasus
Abdi Putra (22) adalah seorang mahasiswa Teknik Sipil di sebuah Universitas Negeri di kota T***. Ia sekarang duduk di tingkat 3, semester 6. IPK nya cenderung menengah ke bawah, pas-pas makan istilah teman-temannya. Semangat belajarnya pun senin kamis, aras-arasan, atau dengan kata lain tergantung moodnya. Padahal jurusan teknik sipil adalah pilihannya, dengan seleksi yang ketat, ia berhasil masuk ke sebuah Universitas bergengsi di kotanya. Tak main-main, ia berhasil menduduki peringkat 3 dari ratusan saingannya. Ketika itu, banyak yang menyangka, Abdi akan menjadi mahasiswa brilian dengan prestasi akademik yang bagus. Betapa tidak, sejak masih di bangku sekolah, Abdi pun terkenal karena prestasi akademiknya yang memukau. Ia sering mengharumkan nama sekolahnya dengan berbagai medali olimpiade yang dimenangkannya. Mulai olimpiade fisika, matematika maupun kimia. Maka tak heran, banyak yang memprediksi dan menaruh harapan besar bahwa Abdi nantinya akan menjadi ahli Teknik yang handal, ketika ia memilih Teknik menjadi jurusannya. Bahkan, jurusan teknik sipil ini sebenarnya adalah rekomendasi dari salah seorang guru fisika yang dekat dengannya “ Ia akan menjadi insyinyur yang sangat berbakat”, begitu kata gurunya. Maka Abdi pun memilih jurusan ini.
Abdi Putra (22) adalah seorang mahasiswa Teknik Sipil di sebuah Universitas Negeri di kota T***. Ia sekarang duduk di tingkat 3, semester 6. IPK nya cenderung menengah ke bawah, pas-pas makan istilah teman-temannya. Semangat belajarnya pun senin kamis, aras-arasan, atau dengan kata lain tergantung moodnya. Padahal jurusan teknik sipil adalah pilihannya, dengan seleksi yang ketat, ia berhasil masuk ke sebuah Universitas bergengsi di kotanya. Tak main-main, ia berhasil menduduki peringkat 3 dari ratusan saingannya. Ketika itu, banyak yang menyangka, Abdi akan menjadi mahasiswa brilian dengan prestasi akademik yang bagus. Betapa tidak, sejak masih di bangku sekolah, Abdi pun terkenal karena prestasi akademiknya yang memukau. Ia sering mengharumkan nama sekolahnya dengan berbagai medali olimpiade yang dimenangkannya. Mulai olimpiade fisika, matematika maupun kimia. Maka tak heran, banyak yang memprediksi dan menaruh harapan besar bahwa Abdi nantinya akan menjadi ahli Teknik yang handal, ketika ia memilih Teknik menjadi jurusannya. Bahkan, jurusan teknik sipil ini sebenarnya adalah rekomendasi dari salah seorang guru fisika yang dekat dengannya “ Ia akan menjadi insyinyur yang sangat berbakat”, begitu kata gurunya. Maka Abdi pun memilih jurusan ini.
Namun, kenyataanya berbalik sempurna ketika ia masuk jurusan
tersebut. Ia bukanlah Abdi siswa yang cemerlang, melainkan menjadi Abdi
mahasiswa pemalas, tak ada semangat, dan terancam droup out. Yang anehnya, Abdi
tampak sangat antusias jika ia mengutak-atik komputer. Pun ketika ia menjelajah
di dunia Internet, ia sangat menikmatinya. Bahkan, sekarang ini Abdi menjadi
operator di sebuah warnet terbesar di kotanya, suatu pekerjaan yang sangat
bertolak belakang dengan kuliahnya. Apa yang terjadi? Apakah pelajarannya
terlalu rumit untuk Abdi yang cerdas atau Abdi telah menjadi mahasiswa salah
jurusan?
Jawab :
Dalam
kasus Abdi ada beberapa hal yang menjadi penyebab atau akar dari masalahnya.
Beberapa hal itu adalah bakat, minat dan kepribadian dari Abdi. Kita bisa
melihat bahwa Abdi sebenarnya memilki potensi yang besar untuk meraih
kesuksesannya. Potensi itu adalah kecerdasannya yang terbukti dari
prestasi-prestasi akademik yang diperolehnya. Jika memakai istilah ekonomi,
Abdi telah memilki “modal” yang cukup untuk masa depannya. Pun ketika kita
melihat sekilas, Abdi telah memilki bakat yang menonjol dalam bidang eksakta.
Banyak alternatif yang membutuhkan bakat dalam bidang tersebut, antara lain
kedokteran, teknik, MIPA dan lain sebagainya. Termasuk teknik sipil yang sedang
digelutinya saat ini. Namun, “gagal”adalah kata yang cocok untuk melaporkan
hasil studinya. Apakah Abdi tidak memiliki bakat? Sepertinya ia punya
bakat yang dibutuhkan dalam studinya, tapi ada satu hal penting yang harus
ada dalam semua pekerjaan atau aktivitas apapun, yakni kemauan atau bahasa lainnya
adalah minat.
Keputusan
kata hati merupakan perbuatan kemampuan untuk memilih dan mengambil keputusan
dengan ciri-ciri: mempertahankan seluruh kepribadiannya, sifatnya irrasional,
berlaku perseorangan dan pada suatu situasi dan timbulnya dari lubuk hati
(Purwanto, 1998).
Dalam
kamus Bahasa Indonesia, Minat diartikan dengan kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu, gairah, dan keinginan (Yardianto, 1997). Perasaan senang dan
tidak senang merupakan dasar dari suatu minat. Minat seseorang dapat diketahui
dari pernyatan senang dan tidak senang terhadap objek tertentu. Antara minat
dan perhatian pada umumnya dianggap sama. Tetapi pada prakteknya selalu
bergandengan satu sama yang lainnya. Pada kenyataannya jika seseorang tertarik
pada sesuatu maka dimulai dengan adanya minat terhadap sesuatu tersebut. Jadi
minat mendahului perhatian, karena minat merupakan sikap jiwa seseorang,
sedangkan perhatian merupakan keaktifan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu
objek. Jadi antara minat dan perhatian merupakan komponen yang kuat dalam
praktek karena apa yang menjadi minat dapat menyebabkan adanya perhatian dan
apa yang menyebabkan perhatian tertentu disertai dengan minat.
Dari
beberapa teori-teori dan pendapat tentang Bakat dan Minat, maka kita dapat
menganalisis bahwa Abdi mungkin memang punya bakat di bidang sains, tapi bukan
berarti ia dapat berhasil dalam semua bidang sains. Karena ternyata untuk
berhasil tidak cukup dengan modal berbakat, tapi juga harus punya kemauan atau
minat. Namun, jika hanya memiliki niat pun tak cukup untuk meraih
keberhasilan. Intinya, bakat dan minat harus dipadukan dengan baik atau
berjalan beriringan. Hanya ada satu tanpa ada yang lain, tak akan cukup membuat
siapa saja berhasil, termasuk Abdi. Meskipun dia memilki otak yang encer, Abdi
harus melihat dan memilih apa yang menjadi daya tarik dan minat untuk masa
depannya. Abdi yang memiliki minat dalam bidang komputer
dan informatika, tidak berada dalam wadah yang tepat, akibatnya ia
melenceng dari tempat yng dipilihnya, yakni Teknik Sipil.
Solusi
yang tepat untuk Abdi adalah meng croscheck kembali apa yang
disukainya sesuai dengan kemampuannya. Jika ia masih kesulitan untuk mengetahui
apa yang menjadi bakat dan minatnya, ia disarankan untuk meminta bantuan dari
psikolog untuk membantu memberinya Tes Bakat dan Minat, sehingga ia mengetahui
bakat apa yang dimilikinya dan ia berminat dalam hal apa. Penting juga untuk
orangtua Abdi lebih memperhatikan masalah ini untuk keberhasilan Abdi nantinya.
Juga sebaiknya Abdi tidak serta merta menerima saran dari orang lain tanpa
meninjau terlebih dahulu, sekalipun saran itu diberikan oleh orangtua dan
pendidik Abdi, karena yang mengetahui diri Abdi dengan baik adalah Abdi
sendiri. Selagi memiliki kesempatan, tidak ada salahnya mencoba untuk mengikuti
Tes Bakat dan Minat agar tidak terjadi kesalahan yang serupa di masa yang akan
datang.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar